Artikel ini telah dibaca 7028 kali. Terima kasih.

jack-morino1Dengan sistem demokrasi multi partai di Indonesia saat ini, berdasarkan hasil survey dari lembaga yang kredibel dan non-kredibel, tidak ada satu partai pun yang benar-benar kuat yang akan menjadi pemenang mayoritas sesuai dengan Undang-undang Pemilu yang dipakai saat ini. Sehingga kata “koalisi” adalah suatu keharusan untuk dipakai yang tujuannya sudah pasti untuk mendapatkan suara mayoritas nantinya. Dengan partai manakah kedua partai besar tersebut berkoalisi nantinya? Inilah kira-kira pertanyaan yang menarik menjelang Pemilu 2009 ini.

Ada kecenderungan yang sangat menarik yaitu semakin terkikisnya perolehan suara dari partai besar seperti PDIP dan Golkar, sedangkan beberapa partai kecil/menengah menjadi semakin besar (seperti PD, PKS, dll). Disinilah hebatnya partai-partai kecil/menengah tersebut untuk berusaha menjadi besar dengan bermodalkan massa, sosok tokoh, dan lainnya, sehingga mau tidak mau harus dilirik juga oleh partai yang lebih besar darinya. Sebagaimana diketahui, Partai Demokrat (PD) yang tadinya hanya partai baru dan kecil dan hanya bermodalkan Pak SBY saja, sudah mampu meningkat secara drastis sekali pamornya saat ini. Secara tidak langsung, Golkar jualah yang telah membesarkan PD. Bertolak belakang dengan PD, Partai Golkar justru (sepertinya) semakin menciut saja “fans” nya. Bisa jadi, sekian persen massa Golkar telah “diambil” oleh PD dan sekian persen lagi berpindah menjadi pendukung partai lain. Nah, hal yang sama, sepertinya akan dialami oleh PKS yang saat ini tidak hanya bermodal massanya yang jelas, mengakar dan solid, tetapi juga mampu menampilkan tokohnya sendiri yang “layak” untuk dijual seperti HNW. Disitulah letak posisi tawar-menawar yang dimiliki oleh PKS.

Bisa jadi, PKS akan semakin membesar pada Pemilu 5 (lima) tahun mendatang (Pemilu 2014), jika tidak salah dalam memilih “partner” pada Pemilu 2009 ini. Terserah, apakah akan melirik jabatan RI-1 atau RI-2, sama-sama mempunyai konsekuensi tersendiri bagi PKS. Jika PKS berani mencalonkan diri sebagai Presiden, maka tentu harus dengan menggandeng Partai besar yang lain, seperti PDIP dan Golkar, tetapi maukah kedua partai tersebut hanya mendapatkan RI-2? PDIP sudah jelas-jelas menampilkan Megawati kembali sebagai Presiden. Golkar masih belum jelas sikapnya sambil intip kiri dan kanan karena beberapa orang tokohnya belum begitu percaya diri untuk mampu terpilih menjadi RI-1, termasuk JK sendiri. JK sepertinya masih kalah dalam hal “nilai jual” jika dibandingkan dengan SBY dan Megawati.

Lalu, bagaimanakah strategi PKS untuk Pemilu 2009 ini? Untuk amannya, asal mau mendapatkan kursi RI-2 saja dulu dan sambil menyimpan “amunisi” pada Pemilu 2014 nanti, maka PKS bisa mempertimbangkan bersanding dengan PDIP atau Golkar. Dari hasil beberapa survey dari lembaga survey yang kredibel, kedua partai besar tersebut ternyata masih terbukti sangat kuat dengan massa pemilihnya yang mayoritas. Dengan massanya yang solid, isu sentimen Islam – Nasionalis, dan sosok tokoh-tokohnya yang “lebih bersih”, maka PKS adalah menjadi “primadona yang cantik” yang siap dilamar oleh salah satu partai besar tersebut. Bagaimana kalau mengulaingi kembalai Poros Tengah Jilid II? Untuk mengulangi Poros Tengah Jilid II lagi, sebenarnya masih memungkinkan. Berarti PKS harus berangkul-rangkulan dengan erat bersama partai-partai menengah dan kecil yang mayoritas partai-partai berazas Islam. Sepertinya PKS harus mempersiapkan “action plan” yang sangat ekstrim sekali dan harus siap bekerja mati-matian untuk menang. Tinggal hitung-hitungan secara politik saja untuk menentukan pilihan yang tepat dari kedua hal strategi yang di atas.

Seandainya, kursi apapun yang akan didapat nanti oleh PKS, apakah itu RI-1 atau RI-2, PKS haruslah siap memberikan kader-kadernya yang terbaik dan terbersih untuk duduk di Kabinet. Kader-kader PKS itu haruslah siap bekerja untuk “segala golongan” secara adil. Disitulah letak “ujian” berikutnya bagi PKS agar tidak kehilangan dukungan dan simpati dari rakyat. Inilah pentingnya Pemilu 2009 bagi PKS, jika benar-benar ingin menjadi partai yang lebih besar lagi dan berpengaruh di Indonesia. Jika tidak, bersiap-siaplah untuk “dibonsai” oleh partai besar yang lain yang tentu tidak menginginkan para pesaingnya yang masih “anak kecil” tumbuh semakin kuat besar dan dewasa.

Jack Morino
————————————————————————————————-
“The Innovative Research of Solar Thermal Energy System”
Applications of Photovoltaic/Thermal (PV/T) and Thermosyphon for
Space and Water Heating System assisted with CO2 Heat Pump
Solar Energy Research Group – Dept. Vehicle System Engineering
Faculty of Creative Engineering – Kanagawa Institute of Technology
1030 Shimo-ogino, Atsugi – Japan 243-0292
www.kait.jp, www.sd.kanagawa-it.ac.jp

Artikel ini telah dibaca 7028 kali. Terima kasih.

2 Comments

  1. Itu analisa yang benar. Tapi selama money politics masih berkeliaran, maka bisa saja PKS tetap saja seperti pemilu thn 2004. Mungkin kalau di kota besar isu money politic hanya sedikit berpengaruh, tetapi bagi penduduk di daerah-daerah pedesaan mungkin money politic sangat berpotensial sekali bahkan mungkin malah ditunggu rakyat. Saya sempat menulisnya disini http://www.nulis.web.id/kampanye-damai-pemilu-indonesia-2009/pemiludamai2009/kampanye-money-politik-dinanti-dan-di-benci-bangsa-indonesia.html

Leave a Reply