Artikel ini telah dibaca 5999 kali. Terima kasih.
di mana saja di tempatkan kita tetap dituntut menunjukkan kinerja semaksimal mungkin…
manakala ada hambatan2 di tempat yang baru maka harus terbuka menyampaikan ke atasan kita agar mendapatkan arahan yang benar… hindari untuk mengambil tindakan-tindakan yang tidak kita pahami dasar dan dampak yang akan terjadi. meskipun sepintas kita bisa cepat mengambil tindakan…
yang penting harus terus disiplin dalam bekerja… khususnya dalam hal manajemen waktu…
contoh yang umum utk mengukur paham tidak kita dalam bekerja itu dpt diukur dari pengaturan jam kerja diri. waktunya kerja ya kerja, waktunya istirahat ya harus dipakai utk istirshat/santai (baca berita, wa an dsj).
di produksi kita selalu mengajarkan ini dan mempraktekkan nya langsung pada setiap meeting. saat meeting manager, misalnya, lalu bel istirahat jam 9:30 bunyi kita langsung berhenti diskusi lalu mempersilahkan peserta meeting utk istirahat. padahal yang sedang kita bahasa sangat penting.
jangan paksa diri kita utk terus bekerja nonstop tanpa istirahat dengan alasan pekerjaan banyak atau ada tuntutan dari atasan. itu 100% salah dan itu menunjukan kita tidak paham ttg bagaimana bekerja yang sesuai dg kondisi fisiologis tubuh (otak khususnya yang hanya maksimal dipakai mikir setiap 2 jam saja).
bila atasan memaksa harus kerja di jam istirahat maka kita sebagai bagian dari management (meskipun levelnya masih jauh di bawah) punya kewajiban utk mengingatkan ke atasan kita ttg hal ini. bahwa kita harus menjalankan sesuai aturan kerja yang baku sebagaimana kita dituntut bekerja sesuai dg SOP di pabrik…
Kira2 spt itu wejangan pagi ini. Semoga bermanfaat…
Artikel ini telah dibaca 5999 kali. Terima kasih.