Artikel ini telah dibaca 3546 kali. Terima kasih.
Alhamdulillah… Turut gembira dengan hasil penelitian S3 yang dicapai oleh Dr dr Sahudi Salim SpB(K)KL… Penelitian ilmiah ini membuktikan bahwa alat terapi kanker yang diciptakan oleh Dr. Warsito Purwo Taruna efektif untuk terapi kanker berbasis teknologi Electro Capasitive Cancer Tretment (ECCT).
Semoga hasil riset yang dilakukan oleh Dr. Suhadi dapat menjadi pintu penerapan ECCT sebagai salah satu satu metode penyembuhan kanker yang efektif dan efisien untuk para penderita kanker di seluruh dunia dan secara khusus di Indonesia.
—————————————————————————-
SURYA.co.id | SURABAYA – Kabar baik bagi dunia kesehatan di Indonesia. Alternatif pengobatan terhadap penyakit kanker telah banyak. Ini setelah dalam uji labolatorium terbukti bahwa beberapa sel kanker dapat dibunuh dengan medan listrik AC bertegangan rendah dengan frekuensi menengah.
Sebenarnya, medan listrik itu sudah diterapkan dalam alat terapi kanker bernama Electro Capasitive Cancer Tretment (ECCT). Namun selama ini kalangan dokter menganggap alat itu tak memiliki landasan ilmiah.
”Tapi setelah dilakukan penelitian dasar, alat itu terbukti bisa mengurangi persentase sel kanker. Syaratnya tegangan harus 20 volt dengan frekuensi 100 kHz,” urai Dr dr Sahudi Salim SpB(K)KL, yang membahas hal itu dalam disertasinya mengakhiri program doktoralnya di Universitas Airlangga, Senin (28/9/2015).
Selama ini, pengobatan kanker populer yang masih memakai tiga metode utama. Yakni operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Ketiganya menggunakan prinsip biokimia sebagai dasar ilimiah.
Nah, temuan baru itu sekaligus membuka peluang pengobatan kanker melalui dasar ilmiah lain, yaitu biofisika.
”Satu abad lalu, ilmu pengobatan dari biokimia dan biofisika berjalan seiring. Tapi perkembangan zaman memacu pola pikir yang berbeda. Pengobatan melalui biofisika dikesampingkan. Maka, ketika ada penemuan yang mengangkat dasar biofisika, banyak kalangan kedokteran yang meresa aneh saat ini,” ujarnya.
Lagipula, tiga pengobatan kanker populer memiliki dua kelemahan utama, yakni biaya yang mahal dan efek samping yang cukup tinggi.
Nah, pengobatan baru ini membuka peluang sebagai alternatif yang cukup murah dengan efek samping yang nyaris tak ada. Sebab, dalam penelitian yang Suhadi lakukan, sel non-kanker, seperti sel esenkim sumsum tulang, tetap hidup saat terpapar medan listrik itu.
Sahudi mengatakan, setidaknya ada tiga sel kanker mati setelah terpapar sinar itu selama 24 jam, yaitu sel Hela, sel kanker rongga mulut, dan sel mesenkim sumsum tulang. Waktu 24 jam, tambah dia, ialah waktu yang paling pas optimal untuk pengobatan.
”Jika lebih dari itu, persentasenya sel kanker yang mati justru semakin sedikit,” ucapnya.
Artikel ini telah dibaca 3546 kali. Terima kasih.