Artikel ini telah dibaca 4690 kali. Terima kasih.
Ibu Ninuk Wulandari (49 Th), 3 tahun yang lalu didiagnosa kanker otak di tengah-tengah batang otaknya, kondisinya sudah sebulan tergeletak di ranjang rumah sakit. Tak ada yang bisa dilakukan dengan teknologi atau metode pengobatan konvensional yang ada saat ini untuk kasus seperti ini.
Keputusan yang besar bagi keluarga dan Tim Fisika Medis di Klinik Riset Kanker untuk memakaikan alat helm ECCT (Non-Contact Tumor Treating Field) kepada Bu Ninuk dalam kondisi masih berbaring di tempat tidur tak bisa apa-apa.
Hanya mukjizat saja yang mungkin bisa membuat Bu Ninuk bisa melihat lagi dunia. Dan mukjizat itu benar-benar terjadi: seminggu kemudian mulai bisa bangun, 2 minggu kemudian bisa berdiri, sebulan kemudian sudah bisa berjalan meskipun masih tertatih-tatih dengan tongkat, saking merasakan rasa syukurnya tak bisa dicegah untuk thowaf mengelilingi ka’bah melakukan umroh sambil masih mengenakan helm penutup kepala. Sekembalinya dari umroh sudah bisa jalan normal. 2.5 tahun sudah berlalu hingga sekarang Bu Ninuk masih dikaruniai kesehatan yang prima.
Sesuatu yang mungkin belum pernah terjadi di sepanjang sejarah dengan kasus seperti yang dialami oleh Ibu Ninuk. Paling tidak sesuatu yang bisa dijelaskan dan dibuktikan secara ilmiah, karenanya bisa direproduksi ulang dengan tingkat keyakinan dan kemungkinan yang berarti.
Kalau hal itu bisa terjadi, maka siapa pun kita, kita mempunyai tanggung-jawab kemanusiaan untuk memberi jalan bagi mereka-mereka yang mengalami hal senasib seperti Bu Ninuk untuk mendapatkan kesempatan yang sama.
Tak ada yang 100% di dalam sains. Kalau ada yang 100%, maka itu bukan sains. Karenanya turut menelitinya atau memberikan kesempatan agar penelitian bisa terus dilakukan lebih lanjut untuk meningkatkan keakurasian dan kebermanfaatannya adalah bagian dari tanggung-jawab moral itu.
Di tengah kefrustasian dunia terhadap perang melawan kanker (Majalah Time, 12 Oktober, 2015), sesudah lebih dari 50 tahun sejak pertama kali dicanangkan, perang itu hari ini masih menyisakan puluhan ribu setiap harinya orang mati di seluruh dunia karena kanker. Karenanya tanggung-jawab moral itu menggugah hati nurani kemanusiaan yang lebih dalam lagi bagi setiap pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan untuk memberi kesempatan bagi mereka-mereka yang dihadapkan masalah hidup dan mati karena kanker untuk mendapatkan harapannya kembali.
Berilah mereka jalan.
Warsito P Taruno
Tangerang, 26 Oktober 2015.
Baca:
TIME: As long as cancer, still better of doing nothing rather than following the standard?
http://time.com/…/4057…/october-12th-2015-vol-186-no-14-u-s/
Baca juga:
http://m.kompas.com/…/…/151900423/Harapan.Baru.Terapi.Kanker
Baca juga:
http://m.tempo.co/…/doktor-unair-buktikan-ecct-ala-warsit…/1
Sumber: https://www.facebook.com/warsito.purwotaruno
Artikel ini telah dibaca 4690 kali. Terima kasih.