Artikel ini telah dibaca 1442 kali. Terima kasih.

ORASI KEBUDAYAAN MILAD PKS KE-19

Oleh Mohamad Sohibul Iman,Ph.D.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Kita bersyukur kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pemurah dan Penyayang, atas karunia usia PKS yang menginjak usia 19 tahun pada tanggal 20 April 2017.

Syukur bukan semata atas hitungan usia atau eksistensi hidup, tetapi juga atas keberkahan usia atau manfaat dan kontribusi hidup, sehingga keberadaan PKS dirasakan manfaatnya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Perjalanan 19 tahun mengajarkan bahwa eksistensi hidup sebuah organisasi ditentukan oleh kemampuan organisasi tersebut membaca tanda-tanda kehidupan.

Membaca tanda-tanda kehidupan adalah kita memaknainya sebagai isyarat langit dari Yang Maha Kuasa kepada hamba-hamba-Nya.

Menjelang milad PKS ke-19 kita berjumpa dengan tanda-tanda kehidupan yang sangat fenomenal, yang mengundang perhatian nasional dan internasional, yaitu Pilkada DKI Jakarta.

Apa isyarat langit dari peristiwa Pilkada DKI Jakarta ?

Apa makna kemenangan yang bertepatan dengan perayaan

Milad PKS yang ke-19 tahun ?

MAKNA #1

Pilkada DKI ini menegaskan kembali bahwa Islam dan politik adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan

Politik adalah bagian dari Islam.

Karena Islam sesungguhnya melingkupi seluruh sektor kehidupan, tak terkecuali politik.

Islam kehadirannya tidak hanya terbatas di sudut-sudut masjid, acara pernikahan atau ritual pemakaman semata.

Islam justru dinantikan kehadirannya di ruang-ruang publik, membela yang tergusur, mengentaskan kemiskinan, berjuang di gedung parlemen, di meja-meja pemerintahan dan di sektor-sektor strategis lainnya.

Islam harus hadir menjadi solusi bagi kepentingan dan kemaslahatan publik.
Berangkat dari keyakinan inilah, PKS lahir di bumi pertiwi ini.

Sembilan belas tahun yang lalu kita telah membuat keputusan yang bersejarah: yakni mendirikan partai politik yang saat itu bernama Partai Keadilan.

Keputusan mendirikan partai politik saat itu lahir dengan sebuah keyakinan bahwa dakwah dan politik adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan

Jika dakwah itu menyeru kepada kebaikan, menegakkan keadilan dan berpihak kepada nilai-nilai kebenaran; maka politik juga melakukan hal yang sama.

Jika dakwah itu mencegah kemungkaran, menghancurkan kezaliman dan meluruhkan kejahatan ; maka politik juga melakukan yang sama.

Jika dakwah itu menyeru kepada seluruh umat manusia agar tunduk dan patuh kepada Yang Maha Kuasa; maka politik juga menyerukan hal yang sama.

Itulah partai dakwah. Politik yang digerakan oleh nilai-nilai dakwah. Politik yang menjadikan dakwah sebagai panglima.

Memisahkan politik dari dakwah atau sebaliknya, memisahkan dakwah dari politik sama dengan mencerabut Islam dari akar sejarahnya, doktrinnya dan peradabannya

Karena sesungguhnya dakwah itu melingkupi seluruh sektor kehidupan, maka perjuangan di politik adalah bagian yang tak terpisahkan dari dakwah.

PKS hadir di bumi pertiwi ini bukan sekadar sebagai partai politik, tapi hadir sebagai partai dakwah.
Partai yang memilih jalan kenabian sebagai jalan perjuangannya.

MAKNA #2

Kemenangan Pilkada DKI adalah kemenangan rakyat yang terdzalimi dan tersakiti

Kemenangan Anies-Sandi ini bukanlah kemenangan untuk Anies-Sandi semata. Bukan pula untuk PKS atau Gerindra dan partai-partai pendukungnya. Tapi kemenangan ini adalah kemenangan untuk rakyat DKI Jakarta.

Politik pada akhirnya tentang kepada siapa kita berpihak. Jika kita berpihak kepada kebenaran dan rasa keadilan rakyat, maka Yang Maha Kuasa akan berikan kekuasaan itu

PKS memang terlahir dari rahim ummat islam, akan tetapi PKS tumbuh dan besar bersama bukan hanya dengan umat Islam tapi juga bersama seluruh elemen bangsa yg lain.

Karena itu PKS berjuang untuk kepentingan ummat, bangsa, dan negara secara keseluruhan.

Karena itu Visi PKS 2015-2020 dengan tegas menyatakan ” Menjadi partai dakwah yang kokoh dalam berkhidmat untuk ummat, bangsa, dan negara “.
Visi itu diringkaskan menjadi semboyan atau tagline:

“Berkhidmat untuk Rakyat”
“Berkhidmat untuk Indonesia”

Dalam kata rakyat itu termaktub makna ummat, bangsa, dan negara.

Karena itu, hakikat kemenangan politik adalah kemenangan untuk mereka :

orang-orang yang terampas hak-haknya…
orangorang yang tergusur rumah-rumahnya…
orang-orang yang terhina harga dirinya…
orang-orang yang tersakiti hatinya…
orang-orang yang ternodai keyakinannya…

Bukankah doa-doa mereka orang-orang yang terdzalimi akan langsung dijawab oleh-Nya?

Ketidakadilan itulah yang mendorong pergiliran kekuasaan itu terjadi.

Tuhan Yang Maha Kuasa yang mempergilirkan siapa yang berhak berkuasa dan siapa yang tidak berhak berkuasa.

Kerajaan yang di langit dan di bumi hanyalah milik-Nya.

Allah swt akan mengambil kekuasaan yang Dia kehendaki dan memberikan kekuasaan kepada yang Dia kehendaki. Tugas kita adalah memastikan keadilan itu tetap tegak dan rakyat tidak terdzalimi

Kekuasaan ada di tangan-Nya. Mari kita jemput kekuasaan itu dengan berjuang membantu yang lemah dan terdzalimi.

InsyAllah, kemenangan yang bermartabat dan penuh berkah akan Allah berikan.

MAKNA #3

Kemenangan ini menunjukkan bahwa Islam, Kebhinekaan dan Kebangsaan adalah takdir sejarah bangsa Indonesia

Ketiganya sejalan dan seiring, bukan untuk dipertentangkan.

Keberpihakan umat Islam kepada kebangsaan dan Kebhinekaan adalah fakta sejarah yang tidak dapat dikesampingkan.

Ketika ada kelompok yang berupaya membenturkan Keislaman, Kebhinekaan dan Kebangsaan maka mereka secara sadar telah memunggungi takdir sejarah bangsa Indonesia

Para pendiri Republik ini tidak pernah membenturkan Islam dengan Kebhinekaan dan NKRI.

Bahkan para pendiri Republik ini menjadikan Islam sebagai sumber inspirasi yang menyalakan api revolusi kemerdekaan Indonesia

Umat Islam telah menjadi yang terdepan dalam mempersatukan bangsa ini lewat sumpah pemuda.

Umat Islam telah menjadi yang terdepan dalam menggelorakan revolusi 1945.

Bahkan konsepsi NKRI pun terlahir dari perjuangan umat Islam di mimbar parlemen.

PKS sebagai bagian tak terpisahkan dari NKRI akan terus memperjuangka:

bahwa Islam, Kebhinekaan dan NKRI adalah takdir sejarah Republik Indonesia yang tidak bisa dibenturkan atau dipertentangkan. Ketiganya berjalan seiring, sejalan dan saling menguatkan satu sama lainnya

Hadirin yg terhormat…

Setelah kita membaca tanda-tanda kehidupan dan memahami maknanya, tugas kita selanjutnya adalah bagaimana kita – tanpa mendahului kekuasaan-Nya – dapat menjadi penanda kehidupan.

Jangan biarkan ada pihak-pihak lain yg menjadi penanda kehidupan kita.

Menjadi penanda kehidupan berarti kita berusaha keras menentukan jalan sejarah masa depan kita sendiri, terbebas dari dominasi dan pendiktean pihak-pihak lain

Bahkan jika perlu kita dapat mempengaruhi perjalanan sejarah masa depan pihak-pihak lain, tentu dengan cara-cara yang beradab dan tidak merampas kebebasan mereka Indonesia yang besar dalam ukuran wilayah negara, dalam jumlah penduduk, dalam keragaman dan keindahan alamnya, dalam kekayaan sumber daya alamnya, dalam keluhuran agama, adat istiadat, dan budayanya, dalam pengalaman dan kesadaran sejarahnya, dan dalam penghayatan optimisme kolektifnya sangat pantas menjadi penanda kehidupan.

Tidak pantas Indonesia terus menerus bergantung pada penanda penanda dari pihak lain.

Untuk itu mari rajut kebersamaan, jangan biarkan diri kita terus menerus berada dalam pertikaian.

Demokrasi memang melahirkan persaingan-persaingan, tetapi itu bukan permusuhan
Persaingan itu adalah kontestasi gagasan dan kehendak untuk memberi kontribusi optimal bagi kesejahteraan rakyat , “fastabiqul khoirot”.

Karena itu selama berkompetisi dalam demokrasi, jangan pernah melakukan tindakan-tindakan yang melukai lawan politik, yang dapat menimbulkan keterbelahan dan sulit terobati.

Dan setelah kompetisi, seberat apa pun kondisinya, semua kita harus berlapang dada untuk saling memaafkan dan merajut kembali persatuan.

Semoga Allah swt meridhai cita-citadan ikhtiar kita untuk kemajuan NKRI dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yg kita cintai.

Aamien ya robbal ‘alamien.

Billahi taufik wal hidayah,

Wassalaamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Artikel ini telah dibaca 1442 kali. Terima kasih.

Leave a Reply