Artikel ini telah dibaca 1481 kali. Terima kasih.
Dikisahkan, seorang wanita menemui Nabi Dawud as lalu bertanya: Wahai Nabi Allah, apakah Tuhanmu zalim atau adil?
Nabi Dawud as berkata: Celaka kamu, Dia selalu berbuat adil dan tidak pernah zalim. Apa yang sedang kamu alami?
Wanita itu menjawab: Saya seorang janda beranak tiga. Saya menghidupi mereka dari hasil tenunan tanganku. Ketika saya mengikat tenunanku dengan secarik kain berwarna merah, dan saya ingin menjualnya di pasar, untuk menghidupi anak-anakku, tiba-tiba ada seekor burung yang menyerangku dan mengambil kain dan tenunan itu dariku lalu membawanya pergi. Saya merasa sedih karena tidak punya sesuatu untuk menghidupi anak-anakku.
Ketika wanita itu sedang berbicara dengan Nabi Dawud as, tiba-tiba pintu rumah diketuk, lalu Nabi Dawud mengijinkan mereka masuk. Ternyata tamu itu berjumlah sepuluh orang pengusaha yang masing-masing mereka membawa seratus dinar di tangannya.
Mereka berkata: Wahai Nabi Allah, berikanlah uang ini kepada orang yang berhak.
Nabi Dawud as bertanya kepada mereka: Apa yang menyebabkan kalian membawa uang ini?
Mereka menjawab: Wahai Nabi Allah, kami menaiki perahu lalu bertiup angin kencang hingga kami nyaris tenggelam. Dalam situasi seperti itu, tiba-tiba ada seekor burung yang melemparkan secarik kain berwarna merah berisi kain tenunan kepada lami. Lalu dengan kain itu kami menutup lubang yang ada di perahu kami dan angin pun reda sehingga perahu pun tenang dan tidak bocor lagi. Karena itu, masing-masing kami bernadzar kepada Allah untuk bersedekah sebanyak seratus dinar. Terimalah uang ini dan sedekahkanlah kepada siapa yang engkau suka.
Kemudian Nabi Dawud as menoleh kepada wanita tersebut dan berkata: Tuhan “berniaga” untukmu di darat dan di laut tetapi kamu tuduh zalim. Kemudian Nabi Dawud as memberikan uang seribu dinar itu kepadanya dan berpesan: Nafkahilah anak-anakmu dengan harta ini.
Diterjemahkan oleh Aunur Rafiq Saleh Tamhid.
Artikel ini telah dibaca 1481 kali. Terima kasih.