Artikel ini telah dibaca 3133 kali. Terima kasih.
Imam Ahmad bin Hanbal ra (murid Imam Syafi’i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali. dimasa akhir hidup beliau bercerita, “satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,”.
Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita “saat tiba disana waktu Isya’, saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat”. Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya “kenapa syaikh, mau ngapain disini?”. (kata “syaikh” bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena imam Ahmad kelihatan sebagai orang tua. Kalau di Jawa mungkin “ABAH”).
Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal. Kata imam Ahmad “saya ingin istirahat, saya musafir”. Kata marbot, “tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid. Imam Ahmad melanjutkan bercerita “saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.
Lalu saya ingin tidur di teras masjid.” Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi syaikh?” Kata marbot. “Mau tidur, saya musafir” kata imam Ahmad. Lalu marbot berkata, “di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh”. Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita ” saya didorong-dorong sampai jalanan”. Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh “mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil”.
Kata imam Ahmad “baik”. Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir). Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Selalu mengucap istighfar.
Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya “sudah berapa lama kamu lakukan ini?”. Orang itu menjawab “sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan”. Imam Ahmad bertanya : “apa hasil dari perbuatanmu ini?”, orang itu menjawab “(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah…., langsung diterima”. (memang Nabi saw pernah bersabda :”siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya). Lalu orang itu melanjutkan “semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan”.
Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya “apa itu?”. Kata orang itu “saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad”. seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, “Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu”..(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad).
Sumber : Manakib Imam Ahmad
Artikel ini telah dibaca 3133 kali. Terima kasih.