Artikel ini telah dibaca 664 kali. Terima kasih.
Meskipun pemerintah Indonesia telah berhasil menekan angka kemiskinan di bawah 10 persen, tetapi sebanyak 45 persen atau mencapai 115 juta populasi penduduk Indonesia masuk dalam kategori rentan atau terancam bisa kembali masuk dalam kategori miskin.
Hal itu dilaporkan dalam rilis Bank Dunia yang bertajuk Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class.
Menurut World Bank Acting Country Director untuk Indonesia, Rolande Pryce, kelompok itu yang berhasil keluar dari garis kemiskinan, namun belum berhasil masuk ke dalam kelompok kelas menengah.
Pryce menjelaskan, masa depan Indonesia berada di kelompok calon kelas menengah atau aspiring middle class tersebut.
“Terdapat beberapa alasan mengapa kelompok kelas menengah menjadi penting untuk Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa hal, dan hal tersebutlah yang kami telusuri. Namun di sisi lain, terdapat peran penting kelas menengah bagi kondisi politik dan sosial yang bisa memberikan dampak pada tata kelola dan kebijakan pemerintah,” ujar Pryce ketika memberi keterangan di Jakarta, Kamis (30/1/2020), seperti dilansir Kompas.com.
Pryce melanjutkan, dalam 15 tahun terakhir, Indonesia telah meningkatkan jumlah populasi kelas menengah dari 7 persen menjadi 20 persen dari total penduduknya yang setara dengan 52 juta orang.
Selain itu, kata Pryce, dalam setengah abad terakhir Indonesia melakukan percepatan pertumbuhan yang turut mendorongnya masuk dalam kategori negara berpendapatan menengah.
“Pada tahun 1967 Produk Domestik Bruto Indonesia (PDB) hanya 657 dollar AS per kapita, menjadikannya sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Selama 50 tahun berikutnya, dengan pertumbuhan rata-rata 5,6 persen per tahun PDB per kapita tumbuh enam kali lipat menjadi hampir 4000 dollar AS,” tutur Pryce.
Bank Dunia menilai, Indonesia perlu untuk terus mengarahkan setiap kebijakan untuk mendorong kelompok yang rentan kembali miskin tersebut masuk ke kelas menengah.
Bahkan, tak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tapi bisa juga membantu mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah penduduk yang lulus pendidikan sekunder dan tersier.
Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan keahlian yang dibutuhkan di dunia kerja moderen.
“Ini akan menempatkan mereka untuk bisa mendapatkan akses terhadap pekerjaan yang lebih baik. Selain itu juga sistem perlindungan sosial yang komprehensif untuk melindungi kelompok tersebut dari guncangan atau shock,” ucapnya.
Artikel ini telah dibaca 664 kali. Terima kasih.