Artikel ini telah dibaca 793 kali. Terima kasih.
Hasil temuan peneliti Amerika, Imunolog Dr. Jenna Macciochi menjelaskan bahwa perokok lebih berisiko terinfeksi virus corona atau Covid-19. Simak alasannya!
Telah diketahui bahwa orang yang rentan terinfeksi virus corona atau Covid-19 adalah orang yang berusia lanjut dan orang yang sudah memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
Memang diketahui dampak dari orang merokok selalu memiliki efek samping tersendiri.
Selain sangat berpengaruh dengan kesehatan paru-paru ternyata perokok dan pengguna vape (rokok elektrik) ternyata juga lebih berisiko mengalami infeksi virus corona.
Pernyataan tersebut merupakan hasil penelitian dari laporan terbaru publikasi ilmu pengetahuan Scientific American kepada Express.co.uk, Imunolog Dr. Jenna Macciochi yang menyarankan para perokok dan pengguna vape untuk berhenti.
“Jika ada waktu yang paling tepat untuk berhenti merokok, itu adalah sekarang,” kata sang imunolog yang dikutip dari Kompas.com.
Peneliti Amerika itu mengungkapkan alasan yang tepat yakni ketika seseorang merokok maka akan menekan fungsi kekebalan di paru-paru dan memicu peradangan.
Walaupun kini banyak orang yang beralih menggunakan rokok elektrik atau vape, namun hal itu juga membawa risiko yang sama.
Seperti yang ditemukan oleh Scientific American, perokok dan pengguna vape jangka panjang berisiko tinggi mengalami pengembangan kondisi paru-paru kronis, yang telah dikaitkan dengan kasus Covid-19 yang lebih parah.
“Oleh karena itu, para ilmuwan mengatakan wajar jika mengasumsikan merokok dapat meningkatkan risiko pengembangan infeksi Virus Corona yang lebih serius,” tulis mereka.
Walaupun risiko pengguna vape belum terlalu diteliti lebih dalam, namun ada penelitian yang menunjukkan, bahwa pengguna vape lebih berisiko mengalami infeksi pernapasan.
Sang peneliti juga menyarankan dalam mengurangi risiko tertular virus corona, yakni:
- Lebih bisa mengelola stres
- Tidur cukup
- Menerapkan pola makan seimbang, dan
- Aktif secara fisik
“Tidak ada di antara tindakan tersebut yang akan menjadi pengaman kita terhadap infeksi, namun selalu usahakan mencapai tingkat kesehatan umum yang baik,” terangnya.
Menanggapi pernyataan tentang manusia memiliki kekebalan alami terhadap virus corona, Macciochi mengatakan itu masih belum diketahui dengan pasti.
Menurutnya, pihaknya masih meneliti lebih lanjut terkait sistem kekebalan yang dimiliki oleh seseorang.
“Kami belum tahu apakah virus baru ini akan menimbulkan kekebalan jangka panjang pada mereka yang terkena dampaknya atau tidak,
Beberapa virus serupa tidak menimbulkan kekebalan jangka panjang. Namun, penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan sebelum kita bisa menyampaikan dengan pasti,” kata Macciochi.
Pihaknya juga masih menguji coba vaksin dan saran yang masih terus digaungkan yakni adalah menjaga kesehatan dengan baik.
Berikut cara yang disarankan untuk menjaga kesehatan baik fisik atau mental:
- Olahraga
- Diet
- Meditasi
Meditasi sangat penting dilakukan guna menjaga kesehatan mental, karena mengingat di tengah ramai perbincangan wabah corona menjadi publik merasa panik dan cemas.Â
Hal itulah yang membuat banyak orang merasa terisolasi dan rentan terserang penyakit.Â
Selain itu, sebuah studi pracetak di Cina menyatakan bahwa pria lebih mungkin terkena virus corona daripada wanita.
Hal tersebut bisa menjadi laporan karena karena lebih banyak pria daripada wanita yang merokok di negara tersebut.
“Merokok adalah salah satu faktor risiko influenza,” kata seorang profesor biologi sel dan fisiologi di Chapel Hill, Robert Tarran.
Ia juga menuturkan bahwa orang yang merokok sistem kekebalannya tertekan sampai batas tertentu.
Karena tubuhnya memproduksi lebih banyak lendir, kondisi yang demikian itu tak membersihkan paru-paru.
Selain itu, perubahan kondisi orang yang merokok itu pada peradangan dan perubahan sel imun juga.
Beberapa akibat di atas itu mengarah pada satu kemungkinan, bahwa mereka pada dasarnya lebih mungkin terkena virus dan mengalami kondisi yang lebih buruk jika terinfeksi.
Artikel ini telah dibaca 793 kali. Terima kasih.