Artikel ini telah dibaca 825 kali. Terima kasih.

JAKARTA, KOMPAS.com – Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai, pandemi Covid-19 di Indonesia tidak akan selesai dalam waktu dekat.

Menurut dia, pandemi Covid-19 masih akan berlangsung dalam beberapa tahun ke depan.

Dia memprediksi, hingga Desember nanti, gelombang pertama pandemi Covid-19 belum selesai.

“Pandemi ini masih panjang, (bisa) dua, tiga, empat tahun, atau mungkin sampai lima tahun. Jadi jangan mimpi bahwa pandemi akan selesai tahun ini karena masalahnya susah sekali,” ujar Pandu dalam webinar ‘Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Pandemi Covid-19’, Kamis (9/7/2020).

Pandu menilai, pemerintah tidak serius menangani pandemi Covid-19.

Banyak pemerintah daerah yang tidak melakukan pemeriksaan Covid-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) karena tidak ingin daerahnya berstatus zona merah.

“Jadi jangan mimpi untuk bisa mengakhiri pandemi ini selesai dengan cepat karena memang kita tidak serius sama sekali menangani pandemi,” kata dia.

Jika ingin mempercepat penanganan Covid-19, Pandu berujar, pemerintah harus benar-benar aktif melacak kasus (tracing), melakukan tes PCR, dan mengisolasi pasien positif Covid-19.

Tempat isolasi pasien pun harus berlokasi agak jauh dari permukiman agar tidak berpotensi menularkan virus kepada orang lain.

Langkah lainnya, pemerintah juga harus memastikan masyarakat disiplin melaksanakan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

“Kalau ada perbaikan (penanganan Covid-19), melakukan 3M, isolasi yang benar, lacak yang benar, tes yang benar, bukan dengan rapid test, tapi dengan tes PCR, maka kita akan cepat melandaikan,” ucap Pandu.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta Suharti menyatakan, Pemprov DKI sudah banyak melakukan tes PCR melalui kegiatan active case finding.

Tes PCR itu utamanya dilakukan di wilayah-wilayah rawan penularan Covid-19.

Pasien-pasien positif Covid-19 yang ditemukan melalui active case findingkemudian langsung diisolasi.

“(Active case finding) ini yang menyebabkan angka (Covid-19) Jakarta tinggi. Bukan berarti buruk sekali, justru kami menemukan mereka (pasien positif Covid-19) yang ada di luar. Kalau tidak ditemukan, mereka akan lebih banyak lagi risikonya menularkan kepada yang lainnya,” tutur Suharti dalam webinar tersebut.

Selain menemukan banyak kasus baru, kata Suharti, Pemprov DKI juga bisa menemukan wilayah-wilayah yang harus dikendalikan dengan ketat melalui active case findingtersebut.

Hingga Rabu (8/7/2020) kemarin, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 68.079 kasus.

Sementara itu, khusus di Jakarta, jumlah kasus hingga Rabu kemarin sebanyak 13.069 pasien positif Covid-19.

Artikel ini telah dibaca 825 kali. Terima kasih.

Leave a Reply