Artikel ini telah dibaca 8546 kali. Terima kasih.

Kecerdasan Emosional, Intelensi dan Spiritual
Kecerdasan Emosional, Intelejensi dan Spiritual

saya: “ya, karena mereka tidak bisa menemukan faktor penyebab kegagalannya.  berdasarkan logika mereka seharusnya berhasil. tapi kenyataannya gagal… ”

saya: “abang tadi lihat ditengah-tengah jalan ada orang orang yang berdiri meminta  sumbangan untuk masjid dari orang-orang yang melalui jalan itu?”

abang: “iya, lihat…”

saya: “bagaimana menurut abang tentang apa yang dilakukan oleh orang itu? ngumpulin uang untuk pembangunan masjid di tengah jalan yang ramai kendaraan…”

abang: “hmmm… gimana ya? pekerjaannya sih baik… ngumpulin duit buat bangun masjid… cuman…”

saya: “cuman kenapa?”

abang: “cuman gara-gara dia berdiri di tengah-tengah jalan, lalu lintas jadi macet spt ini…”

saya: “betul, bang… orang itu ingin beribadah kepada Allah dengan mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan infaq shodaqoh. orang itu baik secara spiritual. kecerdasan spiritualnya baik. namun, ada keterbatasan untuk memahami dampak apa yang akan terjadi dengan berdirinya dia di tengah-tengah jalan. orang itu juga tidak tahu bagaimana akhirnya banyak orang atau pengendara yang dirugikan akibat munculnya kemacatan…”

abang: “baik pada kecerdasan spiritual… tapi tidak untuk kecerdasan intelejensi dan emosionalnya ya?

saya: “betul, bang…”

abang: “jadi kalau orang jepang yang bunuh diri tadi itu karena dia tidak punya kecerdasan spiritual?”

saya: “kalo di agama kita, islam, ada kan tuh rukun iman yang harus kita percayai. yaitu percaya kepada kehendak dan ketentuan Allah. kita sering diingatkan para ustadz, kalau sudah belajar keras maka jangan lupa ditutup dengan doa. karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari H nya kita ujian sekolah, kerja dan lain-lainnya. ada faktor nasib yang tidak bisa kita atur sesuai dengan keinginan kita.  sehingga, kalau kecerdasan spiritual kita baik, ketika kita gagal, kita tidak akan melakukan bunuh diri seperti halnya orang jepang tadi…”

saya: “ngerti, bang?”

abang: “hmm…”

jawaban “hmmm” nya sambil bathin.  saya tahu betul abang ghazy selalu mengedepankan kecerdasan logikanya. gurunya pun sering dibuat repot di sekolahnya. abang ghazy tidak pernah mau terima penjelasan “pokoknya begini, ghazy…”. dia selalu mengejar terus sampai  ketemu jawaban logisnya seperti apa.

pekan ini dia ujian… persiapannya betul-betul maksimal. di hari kedua tiba-tiba saja dia demam saat mengerjakan fisika. sehingga tidak bisa konsentrasi. dalam perjalanan pulang, di mobil dia cerita bahwa dia tidak bisa mengerjakan fisika secara maksimal karena kepalanya tiba-tiba pusing.

saya: “nah, itulah salah satu faktor nasib yang tempo hari kita diskusikan, bang… di hari pertama ujian, abi pesan ke abang kan agar jangan lupa berdoa semoga dimudahkan selama ujian… bersandar kepada kecerdasan intelensi saja tidak cukup… dan sekarang abang sudah semakin mengerti… ”

sebaik-baiknya manusia adalah mereka-mereka yang memiliki keseimbangan dalam kecerdasan intelejensi, emosional dan spiritualnya… 

tamat…

bagian 1: http://www.candra.us/2014/09/24/tiga-kecerdasan-1/

bagian 2: http://www.candra.us/2014/09/25/tiga-kecerdasan-2/

bagian 3: http://www.candra.us/2014/09/26/tiga-kecerdasan-3/

Artikel ini telah dibaca 8546 kali. Terima kasih.

2 Comments

  1. Terima kasih pencerahannya pak Chandra.

Leave a Reply