Artikel ini telah dibaca 543 kali. Terima kasih.
Obesitas alias kelebihan berat badan memang memiliki bahaya bagi kesehatan, terutama pada anak. Mulai dari mengganggu tumbuh kembang hingga berpengaruh terhadap kondisi kejiwaannya. Lantas, apa dampak obesitas terhadap kesehatan mental anak?
Dampak obesitas terhadap kesehatan mental anak
Angka kasus obesitas pada anak telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. WHO saat ini menempatkan obesitas pada anak sebagai salah satu tantangan dalam dunia kesehatan yang cukup serius.
Studi sebelumnya pun telah menghubungkan obesitas ketika masa kanak-kanak terhadap risiko kematian dini saat mereka beranjak dewasa.
Bentuk dan kesehatan tubuh yang mereka alami saat masa kecil ternyata sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental mereka. Maka itu, dampak obesitas terhadap kesehatan mental anak cukup besar.
Hal ini ditunjukkan melalui sebuah penelitian dari PLOS Medicine. Para ahli dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang mengalami obesitas semasa kanak-kanak berisiko meninggal dunia tiga kali lebih tinggi.
Penelitian ini diikuti oleh 7.000 peserta yang menjalani perawatan obesitas di antara usia 3 sampai 17 tahun. Peserta yang pernah mengalami obesitas ini kemudian dibandingkan dengan 34.000 orang dengan usia, jenis kelamin, dan wilayah tempat tinggal yang sama.
Hasilnya, sebanyak 39 orang (0,55 persen) pada satu kelompok obesitas meninggal ketika menjalani perawatan lanjut selama rata-rata 3,6 tahun dibandingkan 65 orang pada kelompok lainnya. Lalu, usia rata-rata kematian mereka adalah 22 tahun.
Dampak obesitas terhadap kesehatan mental anak ternyata berpengaruh terhadap meningkatnya risiko kematian dini saat beranjak dewasa, terutama bunuh diri.
Sebenarnya, penjelasan yang paling masuk akal dari temuan ini adalah komplikasi obesitas yang menyebabkan penyakit kronis. Mulai dari diabetes, gangguan pada fungsi hati, hingga tekanan darah tinggi.
Selain itu, anak dan remaja yang menderita obesitas juga rentan terhadap diskriminasi yang bisa menimbulkan masalah psikologis.
Oleh karena itu, hubungan antara obesitas anak dengan kesehatan mental mereka masih perlu ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian selanjutnya.
Anak perempuan lebih berisiko dibandingkan anak laki-laki
Dampak obesitas yang dialami oleh anak terhadap kesehatan mental ternyata perlu diperhatikan agar tidak berpengaruh ketika mereka beranjak dewasa.
Penelitian lain dari BMC Medicine menemukan pengaruh obesitas terhadap risiko cemas dan depresi pada anak dan remaja. Dari penelitian tersebut, terungkap bahwa anak perempuan yang mengalami obesitas berpotensi memiliki gangguan kecemasan dan depresi 43 persen lebih tinggi.
Obesitas anak laki-laki mempunyai risiko 33 persen lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya. Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 12.000 anak berusia 6-17 tahun ini, mereka menjalani perawatan karena obesitas.
Walaupun demikian, ada faktor lain yang mungkin menjadi penyebab kesehatan mental anak terganggu. Mulai dari latar belakang keluarga, gangguan neuropsikiatri, hingga sosial serta status ekonomi.
Anak yang memiliki obesitas sangat penting untuk mendapatkan perawatan yang memadai dan baik untuk jangka panjang. Hal ini bertujuan agar risiko kematian dini akibat obesitas atau bunuh diri karena gangguan psikologis dapat dikurangi.
Masalah kesehatan mental lainnya pada anak obesitas
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dampak obesitas terhadap kesehatan mental anak dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi. Keduanya termasuk masalah psikologis yang dialami oleh anak yang menderita obesitas.
Berat badan dapat membentuk atmosfer sosial yang cukup ‘unik’ dan perlu dihadapi oleh anak. Maka itu, ada beberapa efek psikologis lainnya yang perlu orangtua ketahui jika anaknya menderita obesitas.
Hal ini bertujuan agar orangtua dapat membantu anak untuk menghadapi tantangan ini saat mereka beranjak dewasa.
Kepercayaan diri rendah
Tidak percaya diri adalah salah satu dampak obesitas terhadap kesehatan mental anak yang paling sering muncul. Obesitas tidak hanya sekadar masalah kondisi fisik, melainkan juga sering dibanding-bandingkan dengan orang lain. Akibatnya, mereka sangat menyadari kondisi tubuh mereka, sehingga lebih sering merasa sendiri.
Perbandingan tersebut sebenarnya dapat muncul dari hal-hal remeh, seperti pemilihan pakaian, daya tarik, dan tentu saja berat badan.
Remaja yang mengalami obesitas mungkin tidak merasa cocok di lingkungan tersebut karena merasa teman-teman sebayanya memiliki kondisi fisik yang lebih baik, alias lebih kurus.
Hal ini memang tidak mengherankan karena beberapa studi menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri anak yang mengalami obesitas cenderung lebih rendah.
Dengan kata lain, obesitas pada anak membuat mereka tidak bahagia dengan diri mereka sendiri dalam berbagai cara, termasuk penampilan.
Perilaku bermasalah meningkat
Selain memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, dampak obesitas terhadap kesehatan mental anak lainnya adalah berisiko memiliki perilaku bermasalah.
Hampir semua remaja mengalami fase pubertas yang membuat mereka ingin mencoba semuanya dan tidak jarang menimbulkan masalah.
Namun, orangtua yang memiliki anak penderita obesitas melaporkan bahwa masalah perilaku pada anaknya justru lebih banyak.
Sebagai contoh, banyak orangtua yang memberitahu bahwa anak mereka kesulitan untuk mengungkapkan perasaan. Akibatnya, hal tersebut memicu risiko depresi, rasa cemas yang berlebihan, hingga gangguan makan.
Tidak sedikit dari anak yang mengalami obesitas juga bermasalah ketika mengeluarkan kemarahannya, sehingga cenderung menolak atau membantah saat diberitahu.
Selain itu, mereka juga mengungkapkan bahwa anak mereka kurang berprestasi di sekolah dan tidak memiliki banyak teman.
Kebanyakan anak dengan obesitas cenderung memiliki nilai ujian yang rendah dan tidak masuk dalam perguruan tinggi favorit, terutama perempuan. Hal ini mungkin dapat terjadi karena anak merasa sekolah bukan merupakan tempat yang aman dan menyenangkan.
Tidak sedikit dari remaja yang mengalami obesitas mendapatkan bullying dari teman sebayanya dan orang dewasa. Teman lama mungkin menghindari mereka dan mereka kesulitan mendapatkan teman baru.
Hal tersebut membuat anak kesulitan untuk belajar di sekolah dan memperoleh prestasi yang baik.
Sudah saatnya orangtua bertindak
Obesitas pada anak memang memberikan dampak buruk terhadap kesehatan mental mereka.
Peran orangtua sangat penting untuk mengambil langkah agar masalah ini bisa diperbaiki dengan mengajak anak mengubah asupan gizinya dan melakukan aktivitas fisik.
Jangan lupa untuk menghubungi dokter anak sebagai langkah pertama agar anak Anda mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Artikel ini telah dibaca 543 kali. Terima kasih.